Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri





Penulis: Bernard Barubara
Penyunting: Ayuning dan Gita Romadhona
Tebal buku: vi + 294 hal
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 979-780-771-1
Rating 3,5 dari 5 bintang










blurb
"Aku tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu.
Kecuali, kalau kau bilang bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri.
Untuk hal itu, aku setuju."

Kebanyakan orang lebih senang menceritakan sisi manis dari cinta.
Sedikit sekali yang mampu berterus terang mengakui
dan mengisahkan sisi gelapnya.
Padahal, meskti tak diinginkan, selalu ada keresahan
yang tersembunyi dalam cinta.

Bukankah kisah cinta selalu begitu?
Di balik hangat pelukan dan panasnya rindu antara dua orang,
selalu tersimpan bagian muram dan tak nyaman.
Sementara, setiap orang menginginkan cinta yang tenang-tenang saja.

Cinta adalah manis. Cinta adalah terang. Cinta adalah putih.
Cinta adalah senyum. Cinta adalah tawa.

Sayangnya, cinta tak sekadar manis. Cinta tak sekadar terang.
Cinta tak melulu tentang senyum dan tawa. Ini kisah cinta yang sedikit berbeda.

Masih beranikah kau untuk jatuh cinta?

***


Membaca judul bukunya, sempat terpikir ending kumpulan cerpen romantis, galau, dan menyedihkan seperti buku Bara sebelumnya, "Surat untuk Ruth". Rupanya setelah dibaca, Bara menyajikan cerita cinta yang suram dan cukup menyentil pembaca.

Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri adalah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Bara. Terdiri atas 15 cerpen yang beberapa telah dimuat di media massa. Setiap cerpen menawarkan tema yang berbeda. Berikut akan diulas kelima belas cerpen tersebut:

1. Hamidah Tak Boleh Keluar Rumah
Cerpen pembuka yang sangat pas. Dikemas dengan konsep "ada cerita di dalam cerita". Bahasanya mengalir lancar dan membuat penasaran di ending cerpen. Ada pesan tersirat yang patut diperhatikan untuk kaum hawa yang merasa dirinya tidak cantik.

2. Nyanyian Kuntilanak
Cerpen yang mengisahkan asal-usul Kota Pontianak. Disajikan dari sudut pandang Kuntilanak. Sedikit ngeri dan geli!

3. Seorang Perempuan di Loftus Road
Cerpen yang sendu dan terenyuh. Mengisahkan seorang wanita yang berubah menjadi pohon karena menunggu seseorang yang tidak akan pernah datang. 

4. Hujan Sudah Berhenti
Cerpen bertemakan keluarga. Dikisahkan seorang anak pecinta hujan yang mengalami broken home. Menginspirasi!

5. Bayi di Tepi Sungai Are
Seperti tema cerita yang biasanya dijadikan film bertema rohani. Terdapat unsur magis.

6. Seribu Matahari untuk Ariyani
Cerpen baru yang sengaja dibuat untuk buku ini. Dikemas dengan sudut pandang anak yang mengalami keterbelakangan mental. Seribu Matahari untuk Ariyani mengangkat fenomena yang hangat di Indonesia tahun 2014, yakni pemerkosaan anak. Bara sukses menulis cerita tanpa ada unsur brutal dan porno, tetapi cukup satir. Sangat menarik dan berbeda. 

7. Langkahan
Cerpen yang mengangkat tema adat istiadat, yaitu adik yang meminta restu kakaknya untuk menikah lebih dulu.

8. Meriam Beranak
Bara kembali mengangkat budaya di Kota Pontianak. Meriam Beranak adalah salah satu senjata  yang dimiliki Keraton Sambas. Namun, Bara mengumpamakan Meriam Beranak merupakan wujud dari cinta seorang ibu yang memiliki anak, tapi tak tahu siapa ayahnya.

9. Lukisan Nyai Ontosoroh
Cerpen bertema keluarga. Terinspirasi dari buku Tetralogi Buru.

10. Bayang-Bayang Masa Lalu
Cerpen yang mengangkat tema adat istiadat. Di sini terlihat sekali tokoh Ainun agak sedikit, hmmm dibutakan cinta.

11. Orang yang Paling Mencintaimu
Thriller!! Orang yang paling mencintaimu adalah yang sanggup membunuhmu.

12. Nyctophilia
Ceritanya agak gimana ya? Aneh menurut saya. Diceritakan seorang Jamelia yang jatuh cinta dengan seorang laki-laki. Yang ternyata Jamelia itu...

13. Bulu Mata Seorang Perempuan
Judulnya tidak begitu kuat di cerpennya. Ending-nya pun tidak terlalu jelas. Terlalu banyak narasi.

14. Menjelang Kematian Mustafa
Cerpen yang paling panjang di antara lainnya. Karena terlalu panjang, belum bisa dimengerti maksudnya apa.

15. Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Penutup dari kumpulan cerpen ini. Tidak terlalu wow, tapi cukup manis dan sedih.


Dari segi tema dan cerita, buku ini cukup memuaskan. Setiap cerpen memiliki tema yang berbeda dengan satu benang merah: cinta tidak selamanya indah. Buku ini menginspirasi saya untuk mempelajari makna cinta di berbagai kehidupan, dan tidak menjadikan cinta sebagai alasan untuk bertindak buruk, alasan membunuh misalnya. Seperti pada cerita "Hamidah Tak Boleh Keluar Rumah", Hamidah membunuh suami tercintanya dengan alasan suaminya hanya mencintai kecantikan Hamidah. Buku ini tidak melulu menuliskan kisah fiksi yang magis. Buku ini membuat saya menelaah lebih jauh kebudayaan Pontianak.

Dari segi cover, sangat ngejreng dan judulnya kontroversial. Di setiap awal cerpen, disajikan sketsa gambar sebagai pengantar cerita. Sketsanya muram, didominasi goresan hitam, tapi cukup indah dilihat.

Sketsa Hamidah Tak Boleh Keluar Rumah
Sketsa Nyanyian Kuntilanak

Buku ini saya rekomendasikan untuk siapapun yang bosan dengan cerita cinta yang itu-itu saja, untuk kamu yang mencintai seseorang secara berlebihan, untuk kamu yang gagal move on, untuk kamu yang menganggap dia adalah segalanya.

Karena sejatinya, jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri.



end





0 komentar :

Posting Komentar

Back to Top