Cadas Tanios

Penulis : Amin Maalouf
Tebal buku: xiv + 262 hal
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
ISBN: 979-461-322-3
Rating: 3,5 dari 5 bintang











blurb
Novel karangan Amin Maalouf dan mendapat penghargaan Prix Goncourt 1993 dan Grand Prix des Lecteurs 1996 ini membawa kita ke sebuah desa di pengunungan Lebanon dan mempertemukan kita dengan Tanios, putra Lamia, istri Kepala Rumah Tangga istana yang cantik jelita, idaman setiap pria. Kelahiran Tanios disambut gembira ayah dan bundanya, sanak saudara, dan seluruh penduduk desa, karena sudah ama ditunggu-tunggu. Namun ada desas-desus, ayah Tanios adalah Cheikh, Penguasa desa itu. Tetapi sang penguasa bersumpah dengan jari terkembang di atas injil bibi Tanios, bukanlah dia yang membuahi Tanios. Namun nasi sudah menjadi bubur, gunjingan orang tak kian reda, melainkan menjalar kemana-mana.
Ketiadapastian mengenai siapa ayahnya sebenarnya menjadi titik awal dari semua peristiwa yang menimpa Tanios semasa kecil, dan mencapai puncaknya ketika pada suatu hari ayahnya, anak buah kesayangan sang Penguasa, anak buah yang penurut, rajin, pendiam tanpa keinginan yang lebih tinggi selain mengabdi pada majikannya, menghadang pemimpin gereja di sebuah hutan pinus di lembah desa dan meremuk kepalanya dengan sebutir peluru yang ditembakkan dari senapan hadiah seorang utusan pmerintah Inggris bagi Sang Penguasa, untuk membela anaknya dan kehormatan dirinya sendiri. Tanios dan ayahnya lari bersama dari desanya, dikejar-kejar ketakutan siang dan malam. Kisah yang berlatar belakanh keadaan zaman 1830-an ini, zaman pertarungan seru adu pengaruh antara negara-negara besar pada waktu itu, menghanyutkan kita dan sekaligus membuat kita terpana betapa nasib seseorang ditentukan oleh tangan-tangan yang tidak tampak dan kekuatan yang lebih besar.

***

Membaca buku karya Amin Maalouf adalah hal pertama bagi saya. Sebenarnya saya tidak tertarik dengan buku ini, tetapi karena Cadas Tanios adalah buku bahasan Februari di Klub Buku Indonesia, jadilah saya mencoba membaca. Sayangnya saya hanya menyimak by scrolling, karena posisi saya lagi gala dinner (halah) bersama teman-teman Klub Buku Yogya. 

Cadas Tanios merupakan buku terjemahan berbahasa Perancis dengan judul Le Rocher de Tanios. Cadas Tanios bergenre historikal fiksi dan mengandung unsur politik dan sedikit agama.

Saya merasa bosan pada awal cerita. Awal cerita menerangkan kehidupan Kfaryabda yang dipimpin Cheikh bijaksana dan disegani masyarakat. Saya belum mendapat greget, sehingga untuk menyelesaikan buku ini butuh waktu seminggu. IYA seminggu. Buku ini mendapat perhatian saya setelah menceritakan kelahiran Tanios.

Kelahiran Tanios membuat Desa Kfaryabda mengalami banyak permasalahan. Tanios yang cerdas, santun, dan berwibawa begitu disenangi banyak orang, termasuk Cheikh. Sementara Raad, anak dari Cheikh dan Cheika memiliki sifat yang berlawanan dengan Tanios. Mereka berdua sering berkonflik.

Yang menjadi klimaks dari cerita ini adalah saat Tanios jatuh cinta dengan Asma, anak seorang mantan kepala rumah tangga. Rupanya Roukoz, ayah Asma, lebih setuju Asma menikah dengan Raad. Sementara Pemimpin Gereja, sebagai penengah keduanya, justru malah menjodohkan Asma dengan kemenakannya. Gerios merasa marah. Ia merasa anaknya tidak dihargai. Akibat dari itu semua, Gerios dan Tanios harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bersembuyi dan menyamar. Cinta sejati Tanios dikisahkan saat ia dalam persembunyian. Bertemu dengan gadis cantik yang membuatnya nyaman. Sayangnya, itu tidak berlangsung lama. Baik untuk Tanios maupun Gerios.

Yang terburuk akhirnya dialami Gerios dan Tanios.

Bab-bab lain juga mengangkat isu politik yang terjadi di Lebanon pada tahun 1830-an, seperti perebutan kekuasaan dan pemerintahan yang buruk. Lagi-lagi dijelaskan bahwa politik ada karena semua memiliki kepentingan yang tentu saja menguntungkan diri sendiri, dan merugikan orang lain. Cheikh diasingkan, dan kedudukannya diganti Roukoz yang bengis. Sementara perang antarberbagai negara juga menjadi kisah yang patut diperhitungkan di sini. Ada satu kutipan yang menjadi favorit saya di buku ini.
Penguasa terburuk bukan yang suka memukul, melainkan yang mengharuskanmu memukul sendiri. hal 133
Ending cerita ini dibuat menggantung. Setelah keadaan Desa Kfaryabda berangsur pulih dan segalanya menjadi baik, Tanios menghilang saat duduk di batu cadas. Tak seorang pun yang tahu keberadaan Tanios. Menurut saya ending cerita ini tidak terlalu berhubungan dengan segala permasalahan yang dipaparkan di buku ini. Dari hasil diskusi bersama Klub Buku Indonesia, banyak yang menduga Tanios menghilang mencari cinta sejatinya.

***

Terdapat catatan di akhir buku ini.
Buku ini didasarkan pada kisah sejati yang diolah secara bebas sekali: pembunuhan seorang pemimpin gereja, yang terjadi pada abad kesembilan belas, oleh seseorang bernama Aboukichk Maalouf. Setelah melarikan diri ke Cyprus dengan anaknya, berkat kelihaian seorang kaki tangan emir, si pembunuh berhasil dipulangkan ke negerinya dan dijatuhi hukuman mati. Yang lainnya--pencerita, desa, sumber-sumbernya, tokoh-tokohnya--semua yang lainnyahanyalah buah khayalan belaka. 
Buku ini menggunakan sudut pandang ketiga. Kakek Gebrayel merupakan orang ketiga yang menceritakan Cadas Tanios dari berbagai sumber yang dikutip di setiap awal bab. Jadi, Kakek Gebrayel tidak termasuk dalam cerita Cadas Tanios. Ia hanya menceritakan ulang.


***

Review ini merupakan proyek Monthly Book Review Challenge Klub Buku Indonesia 2015 #MBRCKBI2015 yang digagas oleh Klub Buku Indonesia (KBI). Setiap bulan moderator yang dipilih akan memoderasi pembahasan buku, dan yang lainnya berkesempatan untuk mereview kembali di blog. Dan moderator buku ini adalah Kak Sekar. Terima kasih Kak Sekar.


0 komentar :

Posting Komentar

Back to Top