Ayah

Penulis: Andrea Hirata
Editor: Imam Risdiyanto
Tebal buku:
Cetakan ke: 2
Tahun terbit: 2015
ISBN: 978-602-291-102-9
Rating: 3 dari 5 bintang











Dengar-dengar buku terbaru Andrea Hirata ini langsung cetak ulang dalam satu bulan setelah peluncuran pada bulan Mei. Benar saja, buku yang saya baca ini adalah cetakan kedua di bulan yang sama saat peluncuran. Jadi apa menariknya isi buku ini? Apakah karena penulisnya yang sudah mendunia? Let's see!

Dikisahkan anak muda bernama Sabari, anak Insyafi seorang guru bahasa Indonesia, yang jatuh cinta dengan Marlena. Ceritanya dengan Marlena berawal saat Marlena merebut Lembar Jawaban Ujian bahasa Indonesia milik Sabari di detik-detik pengumpulan. Sabari terpesona dengan kecantikan dan keberanian Marlena. Sabari jatuh hati. Sabari tidak pernah putus asa mengejar Marlena. Karakter Sabari terlalu polos untuk lelaki. Terang-terangan ditolak Marlena, ia tetep kekeuh berusaha. 

Adalah Marlena. Anak Markoni yang berwatak pemberontak. Tidak berbeda dengan ayahnya, Marlena juga berwatak pemberontak. Dia sering melawan ayahnya. Dia pun sering berganti pacar. Hingga pada akhirnya Marlena hamil di luar nikah.

Melihat kesempatan itu, Sabari mendekati Markoni untuk mencoba mempersunting Marlena. Niat baik itu diterima oleh Markoni mengingat Sabari sekarang seorang pegawainya yang jujur dan rajin. Pernikahan mereka hanya sebatas ijab qabul. Marlena tidak pernah mau tinggal serumah dengan Sabari. Bahkan Marlena tidak mau mengurus anaknya setelah lahir. Sabari yang merawat anak itu.  Marlena justru kabur dengan laki-laki lain. Dan inti cerita buku baru mulai pada bagian ini.

Sabari begitu bahagia saat anaknya lahir. Ia memanggilnya Zorro. Sabari seolah-olah ditakdirkan lahir untuk membesarkan Zorro. Sabari menjadi seorang ayah sekaligus menjadi seorang ibu. Zorro lebih memilih berhenti bekerja dan fokus mengurus Zorro. Sabari sering membacakan cerita dan puisi. Sabari mengajak jalan-jalan Zorro. Seluruh waktu, tenaga, dan dana semuanya untuk Zorro. 

Namun sayangnya, kebahagiaan Sabari sebagai seorang ayah tidaklah berjalan mulus. Ia harus menelan kenyataan bahwa Marlena menceraikannya dan Zorro diambil Marlena. Sejak itu kebahagiaan Sabari lenyap.

***

Saya pikir buku Ayah akan membuat saya sedih atau terharu dari awal, nyatanya Andrea Hirata juga memberi humor ringan yang disampaikan dari karakter polos Sabari. Jadi marilah kita bahas beberapa tokoh yang sering muncul di buku.

Sabari tentunya, seperti yang sering saya jelaskan di awal, ia adalah seorang pemuda yang rajin, semangat, dan polos. Dia tidak pernah putus asa dalam hal apapun. Seperti saat dia berusaha mendapatkan cinta Marlena. Menulis puisi, mengikuti maraton, hingga bekerja di tempat ayahnya, Markoni. Sabari paham jika dia dekat dengan Markoni, besar kemungkinan bisa mendapat Marlena. Tak ayal dia bekerja giat hingga beberapa kali mendapat penghargaan dari Markoni. Karakter seorang ayah tergambar jelas di Sabari. Yang saya salut di cerita ini adalah kenyataan bahwa Zorro bukan anak kandung Sabari, tetapi ia sangat menyayanginya seolah-olah Zorro adalah buah cintanya dengan Marlena. Bahkan bertahun-tahun dia linglung nyaris gila saat Zorro diambil Marlena selama-lamanya. Kepolosan Sabari hampir ada di setiap cerita, jujur saja saya jengkel dengan cara ia mengejar Marlena. Bagaimana tidak tindakannya seperti orang taklid buta! Jelas-jelas Marlena tidak pernah menggubrisnya, bahkan memakinya tapi ya kok tetap pantang mundur. Namanya juga cinta, deritanya tiada akhir~

Marlena, terlepas dari sifatnya yang pemberontak dan sering berganti pacar, bahkan berganti suami, ia adalah perempuan yang pekerja keras. Marlena mau bekerja apapun demi bisa menghidupi Zorro saat perkawinannya berkali-kali terpuruk. Berkali-kali ia nomaden sampai pernah dibawa ke kantor polisi karena mungkin dianggap tuna wisma. Meskipun demikian, Marlena berhasil menyekolahkan Zorro.

Dalam cerita ini, Andrea Hirata ingin menyampaikan bahwa cinta seorang ayah sama kuatnya dengan cinta seorang ibu. Ayah rela melakukan apa saja demi anaknya. Ayah rela melakukan apa saja agar anaknya tak malu berkata, "Ini lho ayahku." Hal ini terbukti dari karakter Sabari yang rela tidak bekerja demi fokus merawat Zorro saat bayi, yang membacakan puisi sebelum tidur, yang mengajak jalan-jalan saat sore. Seperti kata pepatah Like Father Like Son, Zorro besar pintar membuat puisi dan ia pun pintar berbahasa Inggris. Itu semua karena perlakuan Sabari saat ia masih kecil. Tak hanya itu Sabari pintar membuat puisi, karena ayahnya, Insyafi, seorang guru bahasa Indonesia. Kepiawaian Sabari membuat puisi diwariskan dari ayahnya. Like Father Like Daughter pun berlaku untuk Markoni dan Marlena. Markoni dulu dididik ayahnya cukup keras hingga membuatnya berontak. Pun yang dilakukan Marlena kepada Markoni adalah mirip.

Ukun dan Tamat adalah sahabat yang patut diapresiasi. Melihat Sabari yang nyaris gila tak keruan, Ukun dan Tamat mencoba mencari Marlena dan Zorro keliling Sumatera dengan berbekal surat Marlena yang dikasih oleh sahabat Marlena. Ya bayangkan mereka keliling perjalanan laut dan darat dari ujung ke ujung. Yang aneh dari cerita ini adalah berhasilnya Ukun dan Tamat bertemu dengan mantan-mantan suami Marlena. Aneh ya secara Sumatera itu luas dan mereka mengandalkan transportasi umum kan pastinya. Tanya sana-sini dan voila! ketemu! Kurangnya lagi di buku ini adalah tidak dijelaskan secara detail pertemuan Ukun dan Tamat dengan Marlena. Ya, menurut saya justru ini salah satu bagian antiklimaks yang penting. Sebenarnya masih ada yang tidak wajar di cerita ini, tapi saya keep saja biar tidak terlalu spoiler.

Adalagi hal yang tidak membuat saya nyaman. Beberapa bagian seolah-olah ditulis ulang demi memperbanyak tebal buku. Mungkin maksudnya humor, tapi justru membuat saya malas membaca dan melewati hal itu. Toh, saya sudah membaca di halaman sebelumnya.

Cerita lain yang saya suka adalah saat Sabari dengan sengaja mengirim surat dalam botol yang berisi berita kehilangan anaknya. Mengirimnya seperti apa? Sabari mengirim ke lautan. Entah ditemukan oleh siapa, Sabari tak tahu. Hebohnya, tulisan Sabari ditemukan oleh seseorang di benua lain. Ya, benua lain, lho.

Ending cerita ini ada yang bisa ditebak sesuai berjalannya cerita dan ada yang tidak disangka pula. Yang jelas cukup membuat saya terharu dan bersyukur menjadi seorang anak yang sampai sekarang memiliki ayah (Alhamdulillah).

Buku Ayah karya Andrea Hirata saya rekomendasikan untuk siapapun meskipun terdapat kekurangan seperti yang saya jelaskan, tetapi tidak menghilangkan moral value yang disampaikan.

Review ini merupakan proyek Monthly Book Review Challenge Klub Buku Indonesia 2015  #MBRCKBI2015 yang digagas oleh Klub Buku Indonesia (KBI). Buku Ayah merupakan buku yang dibahas pada bulan September 2015.

Terima kasih kepada moderator Mamah Asti, teman-teman KBI yang aktif saat berdiskusi, dan pembaca setia blog saya.





0 komentar :

Posting Komentar

Back to Top